20:57
Aku melihat jam tanganku, jam digital Casio berwarna hitam polos. Pembuluh vena di pergelangan tanganku terlihat jelas, aku lagi senang memakai jam tangan dengan kepala jam berada di bagian dalam. Ya senang aja sih.
Urusanku selesai untuk yang itu. Aku ga menyangka si bapak berbicara banyak sekali. Aku memang sengaja kalau dia sudah antusias bercerita aku akan diam mendengarkan, dengan antusias juga. Ya mau bagaimana lagi, beliau rekan bisnis kunci aku.Agak gemas sedikit karena janji bertemu dengan orang satunya tidak jadi. Dibatalkan sepihak oleh saya, bukan karena saya jahat atau tidak memegang janji. Tapi karena rekan saya itu tidak memberi kabar dan tidak dapat dicari tau kabarnya. Dihubungi tidak bisa. Ya sudalah mungkin ada hal yang sangat penting yang tidak bisa dia tinggalkan dan dia tidak sempat menghubungi saya. Sehingga saya saat ini agak nganggur, ya karena janji rekan satunya batal gituk.
“Tuhan aku kesana boleh ndak? Boleh yaaaaah, hehe”
Aku ngemis ngemis ingin pergi kesana sama Tuhan. Kayak anak kecil yang minta dibeliin coklat ke ayahnya. Permintaan yang simpel dan polos. Sepele kelihatannya, berarti sebenarnya.
“Yaudah gih sono”
Cara bedain suara Tuhan apa bukan? Damai sejahtera mengalir deras di hati. Kalau itu sulit ya intinya “suara Tuhan” itu bisa dipertanggungjawabkan dari Firman-Nya di Alkitab, isinya tidak bertentangan dan tentu saja membawa aku semakin intim dengan Tuhan ya pastinya membawa kebaikan atau barokah atau berkat ke saya pribadi dan orang lain kalau ada.
Dengan senyum lebar dan jiwa yang ketar-ketir aku meluncur kesana. Asik, motorku yang sangat gagah ini (red: banyak kerusakan/luka-luka/pecah-pecah kadang disebut gagah oleh beberapa orang) sore tadi baru diperbaiki lampunya, jadi lumayanlah agak terang sikit. Berasa pakai pelita, jarak 3 meter lumayan terlihat jelas.
Tidak sampe 7 menit aku sudah sampai disana. Cepat juga meluncurnya ya. Aneh juga dipikir-pikir. Kayak ada “deadline” yang bisa bikin mati (mati=dead) yang ngedorong otak dan badan bekerja ekstra mengejar kehidupan.
Aku parkir di pinggir jalan. Agak gelap juga yah. Aku turun dari motor lalu melepaskan tas punggungku yang berat itu ke tanah. Aku berdiri tegap memandang ke suatu arah dengan jantung sedikit berdegup.
“Ini gua ngapain yak” aku berbicara dengan diriku sendiri. Sembari tetap fokus berdiri tegap memandang mantap ke satu arah itu. Sempat takut salah langkah, salah ngambil keputusan, keputusan yang egois, yang hanya mau menang sendiri.
“Tuhan gimana nih, apa aku pulang aja?”
“Tunggu sebentar yah..”
“Seriusan nihhhhh?”
“Iyah, tunggu sebentar lagi yah”
“Tuhan, itu bukan sih? Apa udah ga ada yah?”
“Tenang aja. Tunggu sebentar yah..”
Lembut banget Tuhan kalo bicara. Meskipun pikiran berkecamuk. Damai mengalir deras melimpah tumpah ruah di hati. Ga ada yang bisa ngalahin deh. “Lovers don’t yell” bener banget kekasih yang saling mencintai akan berkomunikasi dengan sangat intonasi dan volume yang lembut, sangat sangat lembut. Demikianlah Tuhan Yesus bicara saat itu, lembut banget. Yeap cuma Dia yang bisa ngisi kekosongan hati dan jiwa aku, kamu, dia, kita semua.
Bukan kesenangan fana dan juga bukan pasangan hidup kita dunia yang bisa ngisi kekosongan jiwa. Seriusannnn.
Sempat teralihkan sejenak. Oke bukan karena orang-orang itu lalu lalang bersuara ribut. Sebenarnya karena orang yang ada di pikiran ini. Meski keraguan muncul Tuhan mengingatkan aku untuk tenang dan menunggu sebentar lagi.
Ada yang berkobar di dalam hati ini. Bergerak seperti api. Seperti luapan sukacita suatu bentuk lain dari damai yang menderu-deru. Seperti tidak masalah kalau aku bilang pemicunya hal yang sepele. Ah Tuhan emang paling tahu isi hati aku, isi pikiran aku..
Agak lelah juga berdiri, aku pun melihat sekeliling, eh ternyata ada yang bisa jadi tempat duduk. Sembari menjaga fokus aku istirahat. Detik-detik bergulir hadirat Tuhan sangat kentara saat itu. Asik banget.
“Tuhan, tapi Tuhan jagain kan yah?”
Aku tidak lagi mengarahkan pandangan arah itu. Mataku terpejam. Aku mengarahkan pandanganku ke Tuhan. Aku mengangkat tangan sesekali, aku bermazmur memuji Dia yang kudus Allah mahatinggi maha baik maha keren.
Roh Kudus menaikkan keluhan yang tidak terucapkan sembari aku mengangkat sembah kepada Tuhan mengangkat ucapan syukur atas kebaikannya yang terlalu banyak.
Aku tenggelam. Dalam. Semakin dalam. Terlalu dalam hingga aku melupakan tujuan awalku yang sepele itu. Segala kekuatiran segala ketakutan segala keraguan, aku berikan dengan segenap kerendahan hati ke takhta-Nya dan digantikan dengan pengharapan baru, dasar yang benar yang kokoh dasar yang tidak bisa diguncangkan.
Mungkin kalau aku tadi langsung pulang, aku sudah tertidur pulas. Terlebih lagi kesal karena air panas kosan sedang rusak dan membuat kesal hati.
Seperti terbang. Beban pikiran dan beban apapun itu Tuhan udah angkat. Ringan banget. Peace oh peace oh peace. Damai oh damai ooooooh damaaaaaaai. Yeaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah.
Wah keren banget deh ini. Keren banget Tuhan :3
Terbang, demikian juga waktu. Ga sadar, ga terasa. Bener-bener ga terasa. Wah sudah hampir sejam aku disini.
“Tuhan, jadi gmn nih?”
Aku mengecek HP sejenak. Tersenyum puas. Lalu pulang dengan sukacita dan damai sejahtera.
[]
SHS
š
Selalu ingat kata Ps. Leo Bigger. Ketika kamu dengar suara Tuhan melalui apa yang disampaikan roh kudus dalam waktu 10 detik yang rasanya seperti kesamber petir (nggak ada angin nggak ada ujan) nurut aja. No “but” words, “mood” words, terlebih “logic” words. Obey.
SukaSuka
kayak kalo disuruh tunggu ya tunggu aja, dan pasti ada maksud dan tujuannya gitu ya š
SukaDisukai oleh 1 orang
(baru baca)
well, menarik banget deh,
saya jadi penasaran sama pengajaran beliau hehe š
SukaSuka
wowwww you must write more about that!
SukaSuka
berusaha mengerti,tapi gadapetin ini maksudnya event apa. emang gaboleh tau ya? emang tersirat ya? hehe
SukaSuka
Boleh tau kok, kata siapa ga boleh. Event gitu doang risa, kami mikir kemana deh emang? Hehe
SukaSuka