Sebuah cerita tentang waktu

Who draws the crowd and plays so loud?

source: flickr

Aku berusaha mempertahankan postur tubuh untuk tetap tegap, menempelkan punggung di kursi kerja, menjaga mata tetap terbuka, melekatkan jemari pada pulpen dan buku, mendekatkan diri pada kalkulator, dan mengerjakan soal satu demi satu.

Ruangan mulai sepi. Malam ini tidak ada yang lembur. Ruangan mulai gelap, lampu sudah dimatikan ya karena ga ada yang lembur. Saya tidak sedang lembur bekerja jadi tidak etis rasanya untuk request lampu.

Penerangan terbatas di pojok ruangan lebih dari cukup. Suasana sunyi sekali. Riuhnya suara klakson di yang terjebak macet ibu kota tidak terdengar dan tidak terasa sama sekali. Situasinya sempurna. Ini waktu terbaik untuk belajar.

Kadang suka begitu, momennya tepat, keinginan/willpower ada, target sudah jelas, tapi apa daya badan terlalu lelah dan gak kuat menahan kantuk. Semakin aku berusaha fokus, semakin kepala ini berat. Otak seperti memerintahkan otot-otot seluruh tubuh untuk rileks, mata mulai menutup, otak mulai tidak responsif lagi.

Aku ketiduran. Padahal tinggal 100 hari lagi mau ujian yang harganya lumayan mahal (3x gaji) yang butuh persiapan belajar lebih dari 250 jam (dengan success rate 35%). Tapi mau gimana, kepala tertunduk di atas buku, diiringi musik Hillsong – Oceans yang direpeat tanpa henti, aku tertidur sangat pulas.

Kepala ini gak bisa berhenti berpikir.

Kadang aku suka komplen sama Tuhan “Why does my mind can’t stop creating ideas and thinking about many things? I am tired for thinking too much. The other downside is that I am stressed for not doing the thing that I want to do, but I have not, but my mind keeps on reminding me, even making new things from day to day.”

Mungkin aku tertidur hingga mendengkur. Hey pasangan, jangan kuatir aku hanya ngorok kalo kondisi tertentu saja kok..

Lalu dan lalu dan kemudian dan kemudian.

Aku teringat akan sesuatu yang mengganjal yang masih tertinggal. Anyway, aku tidak tahu betul apakah ini mimpi atau bukan.

Aku teringat akan waktu. Waktu yang terus bergerak maju yang tak bisa berhenti. Aku teringat akan visi, akan mimpi di masa depan. Juga, aku teringat akan hal kecil ini.

Ada sebuah jam bagus sekali, mereknya Guess W17536G1 Zoom Black Dial Watch. Ini sungguh cocok dipakai pria gagah yang mengutamakan penampilan. Ah iya jam ini harganya di toko 2 juta. Tapi karena dapet barang dari yg kerja di Guess dan ga dapet box original (garansi asli), harganya cuman 899ribu (bisa nego) COD di kawasan jakarta selatan. Bisa LINE: sandrosirait or WA 085736061497.

guess.jpg

 

Ah iya barangnya hanya sisa satu saja. Yang jam lainnya sudah habis dan saya butuh uang cash untuk investasi di saham. Bahkan itu saya sudah diskon lagi loh.

Hmmm. Ah jalanan masih macet, saya masih harus belajar, Anda masih bisa juga meneruskan cerita ini ke orang yang membutuhkan 🙂

(item sold hahaha)

Hehe.

[]

3 pemikiran pada “Sebuah cerita tentang waktu

Hey, what's your opinion? Be the first to speak up!