(This post was published in Warung Sate Kamu July 2015 )
Lanjutkan membaca “Puisi: Haruskah Aku?”
Kategori: puisi
PUISI: bertopang dagu, aku pun melaju
Bertopang dagu
Bergerak malu
Ingin melaju
Tapi membeku
PUISI: iman sekedar slogan
Puisi: Terlalu Dangkal
Terdengar jelas bunyi desiran ombak. Sungguh terasa lembutnya aliran air berjalan menyisipi sela-sela jari kaki. Naik dan turun. Kadang basah, kadang kering. Kadang basah, kadang kering. Basah, lalu kering. Diam di tempat untuk sekian detik. Sekian menit. Sekian jam. Dengan kaki telanjang yang siap diguyur ombak. Dengan harapan jangka panjang, hati dan pikiran rindu dipermandikan dengan air hidup.
PUISI: DIA, DIA, dan dia
Dia tidaklah sedang berlari kabur
sehingga harus aku kejar
Dia tidaklah berada terlalu jauh
sehingga harus aku dekati
Dia bukan anak kecil
jadi aku tidak perlu menuntunnya terus
Dia bukan anak manja
jadi aku tidak perlu menjaganya terus Lanjutkan membaca “PUISI: DIA, DIA, dan dia”
Puisi: Tulisan itu tajam
Tajam.
Merobek sampai dalam.
Kupikir itu pisau biasa,
ternyata pedang bermata dua.
Perih.
Sempat ingin cepat pergi. Lanjutkan membaca “Puisi: Tulisan itu tajam”
Puisi: Tidak begitu ringan, yah..
Berat.
Memurnikan emas hingga 24 karat.
Seperti pemuda sulit menahan hasrat.
Demikianlah sulit mengasihi tanpa syarat.
Ego.
Boleh aja disebut bego.
Prinsip tolol kelihatannya.
Konsep dodol sepertinya. Lanjutkan membaca “Puisi: Tidak begitu ringan, yah..”
PUISI: Apakah Aku Harus..?
Apakah aku harus diremukkan dulu hatinya, sehingga aku mau datang bicara dengan Kekasih Hati?
Apakah aku harus gagal dulu, sehingga aku mau menyembah Yang Tidak Pernah Gagal?
Apakah aku harus terbakar habis dulu, sehingga aku berhenti mencintai dunia?
Apakah aku harus dibenci habis-habisan, sehingga aku bisa percaya aku dikasihi dengan Kasih Yang Tidak Pernah Habis?
Apakah aku harus jatuh tergeletak, sehingga aku tahu ada yang selalu menopang tanganku?
Apakah aku harus dibuat idiot, sehingga aku berhenti berpikir bahwa “aku punya jawabannya”?
Apakah aku harus dibuat cemburu buta, sehingga aku tau yang terjadi ketika aku intim dengan dunia?